"Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Belajarlah sampai akhir hayat."

Senin, 14 September 2009

Kreativitas Takmir Masjid Perlu Ditingkatkan


Responden sangat mendambakan masjid yang semarak oleh kegiatan-kegiatan non keagamaan.

Pada masa kenabian dulu, masjid menjalankan multi-fungsi. Masjid merupakan pusat kegiatan umat, termasuk sebagai pusat pemerintahan. Di masjid strategi perang dibicarakan, begitu juga simulasi ketangkasan prajurit sebelum maju ke medan perang.

Masjid menjadi tempat pelantikan para duta Islam. Masjid memiliki baitul maal , lembaga pengelola keuangan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya kaum dhuafa.

Masjid juga merupakan pusat kajian keagamaan dan berbagai masalah non keagamaan. Pendek kata, segala urusan sosial kemasyarakatan dikendalikan dari masjid.

Pada konteks kekinian, masjid masih banyak didirikan. Di Indonesia, dari data Departemen Agama tahun 2004, jumlah masjid sebanyak 643.834 buah, meningkat dari data tahun 1977 yang sebanyak 392.044 buah. Diperkirakan, jumlah masjid dan mushala di Indonesia saat ini antara 700 hingga 800 ribu buah.

Meski begitu, ada kecenderungan masjid masa kini justru jauh dari fungsi sejatinya. Melihat persoalan ini, survei yang diselenggarakan Litbang Republika secara khusus juga ingin mengetahui kegiatan apa saja yang ramai terselenggara di masjid, kesadaran umat terhadap fungsi masjid, dan penilaian atas arti penting peran takmir masjid.

Sebanyak 83,5 persen responden tidak sependapat jika masjid hanya digunakan sebagai tempat ibadah makhdhoh saja. Bahkan sebanyak 84,2 persen memandang perlu dan bahkan sangat perlu masjid digunakan sebagai tempat kegiatan non-keagamaan (yang tentu saja berdimensi keagamaan).

Data ini memperkuat kebutuhan masjid untuk digunakan sebagai pusat pembinaan umat yang selama ini tampaknya masih jauh dari optimal. Dengan kata lain, masjid masih belum banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kegiatan non keagaamaan.

Juga tersirat dari sini, bahwa masjid sangat kurang memerhatikan kondisi sosial masyarakat sekitarnya serta segala kebutuhan material-spiritual mereka.

Dalam survei ini tidak terbukti jika tidak optimalnya fungsi masjid disebabkan kurangnya sarana yang dimiliki masjid. Sarana masjid memadai diakui sebanyak 62,4 persen responden, hanya 18,5 persen responden berpendapat fasilitas masjid kurang layak.

Ini berarti fasilitas masjid masih banyak yang sia-sia. Kendati masjid memiliki sarana memadai, aktivitas masjid kurang menarik dinyatakan sebanyak 81,4 persen responden. Ini mengindikasikan lemahnya manajemen takmir masjid dalam mengelola kegiatan.

Mengenai kemampuan dan kreativitas takmir masjid, sebanyak 53,2 persen responden mengakui takmir masjid memilikinya, namun sebanyak 46,8 persen berpendapat sebaliknya. Artinya adalah masih cukup banyak takmir masjid yang belum memiliki kemampuan dan kreativitas dalam hal ketakmiran.

Boleh jadi ini yang menjadi sebab masjid kurang menarik di mata jamaahnya. Bahkan takmir yang punya kemampuan dan kreativitas pun masih belum optimal menunjukkan kinerja ketakmiran yang baik, sebagaimana ditunjukkan dalam perbandingan kemampuan dan kreativitas takmir yang tak berbanding lurus dengan kegiatan masjid yang menarik (53,2 persen : 81,4 persen).

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa pada umumnya masjid telah digunakan sebagai tempat ibadah mahdhoh (shalat fardhu berjamaah dan shalat Jumat). Ini jelas masih jauh dari fungsi masjid yang sesungguhnya. Dan responden mengidamkan masjid yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah belaka, melainkan juga pusat kegiatan non keagamaan.

Jadi, fungsi masjid perlu dioptimalkan utamanya dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Maka itu, takmir masjid perlu memiliki kemampuan manajemen ketakmiran, termasuk memiliki data jamaahnya dengan segala kebutuhan dan harapan mereka terhadap masjid.

Kurang optimumnya fungsi masjid dan rendahnya kinerja takmir masjid bukan disebabkan masjid tidak memiliki sarana/fasilitas yang layak dan memadai, melainkan lebih oleh rendahnya kemampuan dan kreativitas takmir dalam mengelola kegiatan.

Untuk itu, takmir masjid perlu memiliki kemampuan dan kreativitas yang mumpuni untuk diorientasikan bagi kemakmuan masjid dan kesejahteraan masyarakat sekitarnya. Ini menjadi tantangan bagi para takmir masjid untuk unjuk kreativitas dalam menampilkan agenda dan program kerjanya. (fif)


Sumber: Republika.co.id

0 komentar:

Pengin cari artikel lainnya...?!?