"Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Belajarlah sampai akhir hayat."

Minggu, 31 Mei 2009

Informasi Mengenai Peristiwa Masa Depan dalam Al Qur'an

Sisi keajaiban lain dari Al Qur'an adalah ia memberitakan terlebih dahulu sejumlah peristiwa yang akan terjadi di masa mendatang. Ayat ke-27 dari surat Al Fath, misalnya, memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman bahwa mereka akan menaklukkan Mekah, yang saat itu dikuasai kaum penyembah berhala:

"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rosul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al Qur'an, 48:27)

Ketika kita lihat lebih dekat lagi, ayat tersebut terlihat mengumumkan adanya kemenangan lain yang akan terjadi sebelum kemenangan Mekah. Sesungguhnya, sebagaimana dikemukakan dalam ayat tersebut, kaum mukmin terlebih dahulu menaklukkan Benteng Khaibar, yang berada di bawah kendali Yahudi, dan kemudian memasuki Mekah.

Pemberitaan tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan hanyalah salah satu di antara sekian hikmah yang terkandung dalam Al Qur'an. Ini juga merupakan bukti akan kenyataan bahwa Al Qur'an adalah kalam Allah, Yang pengetahuan-Nya tak terbatas. Kekalahan Bizantium merupakan salah satu berita tentang peristiwa masa depan, yang juga disertai informasi lain yang tak mungkin dapat diketahui oleh masyarakat di zaman itu. Yang paling menarik tentang peristiwa bersejarah ini, yang akan diulas lebih dalam dalam halaman-halaman berikutnya, adalah bahwa pasukan Romawi dikalahkan di wilayah terendah di muka bumi. Ini menarik sebab "titik terendah" disebut secara khusus dalam ayat yang memuat kisah ini. Dengan teknologi yang ada pada masa itu, sungguh mustahil untuk dapat melakukan pengukuran serta penentuan titik terendah pada permukaan bumi. Ini adalah berita dari Allah yang diturunkan untuk umat manusia, Dialah Yang Maha Mengetahui.

Penggalan berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Kekaisaran Bizantium, wilayah timur Kekaisaran Romawi. Dalam ayat-ayat ini, disebutkan bahwa Kekaisaran Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera memperoleh kemenangan.

"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang. Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Pendek kata, setiap orang menyangka Kekaisaran Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan mendapatkan kemenangan dalam beberapa+tahun lagi. Kemenangan ini tampak sedemikian mustahil sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemoohan. Mereka berkeyakinan bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an takkan pernah menjadi kenyataan.

Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada Desember 627 Masehi, perang penentu antara Kekaisaran Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium. (Warren Treadgold, A History of the Byzantine State and Society, Stanford University Press, 1997, s. 287-299.)

Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an, secara ajaib menjadi kenyataan. Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.

Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut, tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani", yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti "tempat paling rendah di bumi".

Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Kekaisaran Bizantium dan Persia, ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395 meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.
Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi, persis seperti dikemukakan dalam ayat ini.

Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.


Selasa, 26 Mei 2009

Anak-Anak dan Al Quran

Anak adalah amanah dari Allah swt yang harus dijaga dan didik oleh orangtua dengan sebaik-baiknya. Dan pendidikan yang utama bagi anak-anak adalah pendidikan agama. Setiap orangtua pun mendambakan memiliki anak-anak yang sholeh dan sholehah, sehingga mereka baik bagi keluarganya maupun bagi agamanya. Bukankah doa anak yang sholeh/sholehah dapat membantu orangtuanya di akhirat kelak?

Salah satu harapan orangtua akan anak-anak yang sholeh/sholehah yaitu ketakwaan kepada Allah swt, dengan rajin beribadah kepada-Nya dengan ikhlas semata-mata karena Allah swt. Tak terkecuali membaca Al Quran. Sama seperti ibadah lainnya, membaca Al Quran harus diajarkan dan dibiasakan pada anak-anak semenjak dini. Dengan begitu, akan tumbuh seterusnya pada anak-anak kecintaan pada Al Quran, Kitabullah yang wajib dibaca oleh umat Islam.

Memang pada saat ini banyak orangtua yang memasukkan anak-anaknya ke TPA/TPQ (Taman Pendidikan Al Quran) untuk belajar mengaji/membaca Al Quran. Hal ini satu langkah yang tepat, khususnya apabila kedua orangtua bekerja. Para pengajar di TPA/TPQ tentunya memiliki metode yang baik dalam mengajarkan anak-anak membaca Al Quran. Mulai dari membaca buku Iqro, Juz Amma, hingga khatam Al Quran.

Namun, tidak ada salahnya apabila orangtua saat di rumah meluangkan waktunya untuk mengajari anak-anaknya membaca Al Quran. Lebih bagus lagi jika dilakukan secara rutin. Misalnya ketika libur di hari minggu, ataupun setiap setelah sholat maghrib atau isya.
Usaha menumbuhkan kecintaan anak-anak kepada Al Quran dapat dilakukan sejak anak tersebut masih berada dalam kandungan, dengan membiasakan memperdengarkan lantunan ayat-ayat suci Al Quran, baik dari orangtuanya maupun murottal digital/CD. Dan ketika anak berusia tiga tahun, dapat mengenalkannya huruf-huruf Hijaiyah. Hingga ia berusia 4-5 tahun, sudah dapat diajarkan menghafal doa-doa pendek dan mulai belajar membaca buku Iqro maupun Al Quran.

Diperlukan kesabaran dan ketelatenan orangtua dalam mengajari anak-anaknya membaca Al Quran. Selain itu, sudah tentu orangtua harus dapat menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Anak kecil akan mengikuti kebiasaan orangtuanya. Begitupun kebiasaan orangtua yang rajin membaca AL Quran. Kecintaan orangtua terhadap AL Quran kelak akan diikuti oleh anak-anaknya. Orangtua yang mengajari anak-anaknya membaca Al Quran paling tidak ia juga dapat membaca Al Quran dengan baik. Kebiasaan membaca Al Quran yang diterapkan dalam keluarga, tentunya dengan harapan bahwa kelak sang buah hati akan terus membacanya dengan kesadaran sendiri, tanpa dipaksakan, dan semata-mata demi meraih pahala dan ridho Allah swt.

Al Quran sebagai pedoman hidup kita, penting sekali untuk membacanya, mempelajarinya, mengamalkannya, serta menghafalnya. Anak-anak sebagai generasi penerus, hendaknya diarahkan kepada hal-hal yang positif sesuai dengan ajaran Islam. Bila bukan orangtua yang pertama kali mengenalkan Al Quran kepada anak-anak serta mengajarinya, siapa lagi? Maka begitu pentingnya mengajari Al Quran kepada anak-anak sedari dini.

Dalam suatu hadits, Rasulullah saw bersabda, “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang belajar Al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Ahmad).
Sumber: Syahadat.Com

Al Quran Sebagai Pedoman

Hal pertama yang harus dilakukan dan harus dimiliki oleh setiap orang dalam segala bentuk ativitasnya adalah pedoman, yang kemudian dapat kita sebut sebagai sebuah pedoman kerja. Sebuah pedoman mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas yang akan ia lakukan, mulai dari pembukaan hingga penutupan. Pedoman yang menjelaskan kepadanya tentang apa saja yang ia butuhkan dalam aktivitasnya, bagaimana mengawali aktivitasnya, metode yang terbaik untukmenjalankannya, dan bagaimana ia harus mengakhirinya. Dengan pedoman itu, maka seseorang akan memperoleh cara yang benar dan terbaik untuk melakukan segala bentuk aktivitasnya. Dengan pedoman kerja tersebut, seseorang tidak akan salah atau dapat meminimalisir kesalahan dalam aktivitasnya, dan kemudian memperoleh hasil akhir yang terbaik.

Untuk dapat melakukan suatu aktivitas dengan baik, maka seseorang membutuhkan pemahaman yang baik terhadap pedoman atau petunjuk untuk melakukan aktivitas tersebut. Dan untuk memahami dengan baik atau menguasai suatu pedoman kerja, maka seseorang harus melakukan kontak yang intensif dengan pedoman kerja yang dimilikinya. Terlebih lagi jika aktivitas atau pekerjaan yang akan ia lakukan adalah sebuah pekerjaan yang sulit dan dalam jangka waktu yang panjang, yang tidak monoton karena di dalamnya terdapat banyak sub-sub pekerjaan dan sub-sub metode yang juga harus dijalani. Dalam hal ini tentu saja membutuhkan kontak yang kontinyu antara si pekerja dengan pedoman kerjanya, karena setiap saat ia akan mendapatkan sub pekerjaan dan sub metode kerja yang baru.

Seperti itu jugalah harusnya setiap manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Mereka harus memiliki pedoman yang sesuai, yang akan menunjukkan kepada manusia tentang cara menjalani kehidupan ini dengan metode yang terbaik. Sehingga di akhir kehidupannya, ia akan mampu untuk memetik hasil yang terbaik dari perjalanan dan perjuangan hidupnya.

Sebagai umat muslim, Al Quran dan As Sunnah adalah pedoman tetap yang tidak dapat di gantikan oleh apapun juga. Al Quran sebagai kitab suci umat Islam yang bernilai Robbani memiliki kandungan yang sangat menyeluruh dan berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia. Yang akan memberikan petunjuk bagi seluruh manusia yang beriman kepada Allah swt dan Al Quran, sehingga tidak akan salah dan tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia yang fana ini. Sementara As Sunnah akan memberikan penjelasan-penjelasan secara rinci mengenai kandungan Al Quran yang memang dapat dikatakan sebagai kitab suci yang menggunakan bahasa sastra tingkat tinggi tersebut.

Kehidupan adalah sebuah perjalanan yang cukup panjang bagi manusia, yang di dalamnya terdapat banyak peristiwa, permasalahan, dan berbagai macam aktivitas yang harus di laluinya, suka atau tidak suka. Banyak hal-hal baru yang senantiasa menanti manusia di hari esoknya. Oleh karena itu, manusia hendaknya senantiasa mengintensifkan kontaknya dengan pedoman hidup mereka, yaitu Al Quran bagi umat muslim.

Al Quran adalah petunjuk yang terbaik bagi manusia, dan petunjuk yang paling utama yang tidak dapat digantikan oleh apapun dan buatan siapapun bagi umat muslim. Al Quran telah memberikan informasi tentang rahasia-rahasia kehidupan. Al Quran menunjukkan bagaimana menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, menunjukkan kepada manusia mengenai alasan dan tujuan hidup mereka, kemana kehidupan mereka akan dibawa, serta dimana dan bagaimana mereka akan mengakhiri kehidupan di dunia yang fana ini. Al Quran juga menuntun manusia untuk menuju kehidupan yang terbaik di dunia dan di akhirat.

Al Quran mengatur metode-metode ibadah dan bermuamalah, berhubungan dengan sesama manusia, dengan sesama makhluk ciptaann-Nya, dan dengan Pencipta-Nya (Allah swt). Al Quran tidak hanya memberikan petunjuk tentang kehidupan di dunia saja, melainkan juga petunjuk mengenai kehidupan di akhirat. Begitu lengkap dan mulianya Al Quran, namun entah kenapa masih banyak saja manusia yang meninggalkannya dan atau tidak mau beriman kepadanya.

Al Quran yang merupakan pedoman hidup umat muslim selama di dunia, untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat, saat ini tampaknya kedudukannya sudah semakin terasing di dalam jiwa umat muslim itu sendiri. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab utama semakin berantakannya kehidupan di dunia ini. Karena semuanya sudah melaju di luar undang-undang Allah swt.

Sungguh aneh jika ada seorang muslim yang mengabaikan dan meninggalkan Al Quran, padahal ia mengerti bahwa Al Quran merupakan kitab suci yang akan memberikannya maslahat hingga akhirat.

Tanpa Al Quran dan tanpa mengikuti petunjuk-petunjuk dari Al Quran maka kehidupan di dunia tidak akan berjalan dengan penuh kedamaian. Karena Al Quran adalah sebuah pengumuman kepada seluruh manusia dari Allah swt mengenai rahasia-rahasia kehidupan di dunia dan di akhirat. Barangsiapa mengikuti Al Quran secara menyeluruh dan kontinyu dengan penuh keikhlasan maka bahagialah kehidupan mereka di dunia dan di akhirat. Namun barangsiapa yang meninggalkan Al Quran dari jalan hidupya, maka kesesatan dan kebinasaanlah yang akan menyambutnya.

Wahai saudaraku di jalan Islam, marilah senantiasa kita hidupkan Al Quran dalam kehidupan dan di dalam jiwa raga kita. Terangi hati dan jalan kehidupan ini dengan Al Quran. Buka hati dan mata kita dengan Al Quran. Yakinlah bahwa hanya Al Quran semata yang dapat menjadi pedoman hidup yang terbaik bagi seluruh umat manusia.

Demikian, semoga Allah swt memberikan kemampuan, kemauan, dan kesempatan kepada kita semua untuk senantiasa menghidupkan dan merealisasikan Al Quran jiwa dan raga dalam kehidupan sehari-hari. Amin.


Oleh: Abdullah
Sumber: www.syahadat.com
Artikel ini juga dapat dibaca di: www.lingkarcahaya.com

Pembelajaran Al-Qur'an Sejak Dalam Kandungan


"Apabila anak Adam meninggal dunia putuslah amalnya kecuali tiga perkara: shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kepadanya."

(HR. Muslim).


Setiap pasangan suami istri beriman pasti merindukan anak sholeh. Untuk memiliki anak yang sholeh, pasangan suami istri wajib berusaha menjadi sholeh terlebih dahulu. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa segala perilaku ibu dan bapak akan dicontoh putra-putrinya. Untuk itu, semua ibu bapak harus menjadi teladan bagi anak-anaknya.Setiap pasangan suami istri yang merindukan anak sholeh wajib memperbanyak amal mulia, makan dan minum hanya yang halal saja, menjaga sholatnya, indah akhlaqnya, lembut hatinya, semangat bekerja, berlaku taqwa dan terus-menerus berdzikir, wirid, memperbanyak membaca do'a.Islam mengajarkan barangsiapa menginginkan lahirnya generasi unggulan ia hendaknya menyiapkan sejak memilih pasangan.


Ini artinya dari pasangan suami istri yang sholeh-sholehah akan lahir generasi yang sholeh-sholehah pula. Anak sholeh bukan hasil kerja instan! Jelasnya, anak sholeh tidak bisa dilahirkan kecuali atas izin Allah dengan gigih kita mengusahakan. Anak sholeh tidak dilahirkan tapi diciptakan.Berbicara tentang anak, Anda sah-sah saja mengharapkan ia kelak menjadi dokter, jendral, ataupun presiden sekalipun. Tetapi menjadikannya sholeh-sholehah tetap prioritas utama! Mengapa?


Pertama, karena anak sholeh yang mendoakan ibu bapaknya adalah salah satu di antara tiga amal yang pahalanya mengalir tiada habis-habisnya. Kedua, karena permohonan ampun anak sholeh, dapat mengangkat derajat orang tuanya dapat masuk surga. Ketiga, karena anak sholeh adalah peredam amarah Allah. Segala sesuatu tergantung pada pendidikan yang sebenarnya. Ibu dan bapak adalah guru pertama dan utama. Keluarga adalah pusat pendidikan yang sebenarnya. Al-Qur'an adalah materi pendidikan utama yang harus diberikan sebelum lainnya. Jangan menunggu umur enam tahun, jangan menunggu umur empat tahun. Mulailah sedini mungkin. Mulailah segera. Mulailah sejak dalam kandungan. Ingat umur empat tahun sudah sangat terlambat!Salah satu terobosan dalam melahirkan anak sholeh adalah dengan mengajar bayi anda membaca Al-Qur'an sejak dalam kandungan. Apakah bisa? Insya Allah bisa!


Anda hanya membutuhkan kemauan, ketekunan, dan kesabaran. Sebagai bagian dari rasa syukur, inilah berita gembira untuk Anda. Anak-anak kami hasil eksperimen program sekolah Al-Qur'an sejak dalam kandungan menunjukkan hasil yang sangat menggembirakan. Maryam Arrosikha, empat tahun dapat membaca Al-Qur'an. empat bulan kemudian, dia dapat membaca cerita, buku, dan majalah berhuruf latin, bahkan di TK, ia khatam Al-Qur'an 30 juz. Aisyah Mujahida, adiknya, khatam membaca Al-Qur'an dan lancar membaca tulisan latin ketika di TK.


Faqih Abdullah, anak kami yang ketiga sejak berusia 13 bulan, Alhamdulillah menunjukkan kesenangan membaca yang sangat tinggi. Dari pengalaman itu, kami menginginkan agar setiap bayi mendapatkan pelajaran Al-Qur'an sejak dalam kandungan. Insya Allah sangat bermanfaat.Bagaimana caranya?Inilah pertanyaan yang paling sering disampaikan.


Jawabannya: Rahasia sukses mengajar Al-Qur'an sejak dalam kandungan adalah R - U - M - U - S - A - B - C - D. Apa maksudnya?


R = Rumah. Maksudnya rumah adalah pusat pendidikan sejati.

U = Usaha. Maksudnya ilmu itu dipelajari.

M = Metodis. Maksudnya metodenya cocok dan meyenangkan

U = Upah. Maksudnya setiap prestasi anak hendaknya dihargai (dicium, peluk yang hangat, dan dipuji).

S = Sabar. Maksudnya ibu dan bapak harus betul-betul sabar. Ibu dan Bapak tidak boleh mengatakan jangan nakal sambil berlaku nakal (misalnya mencubit, memukul, menjewer, atau marah-marah) .

A = Ajeg. Maksudnya pemberian stimulasi hendaknya diberikan secara ajeg, walaupun sangat sebentar.

B = Bermain. Maksudnya stimulasi diberikan sambil bermain. Dengan demikian, anak senang, orangtuapun senang.

C = Contoh. Maksudnya orang tua hendaknya ,emjadi contoh atau mentor.

D = Do'a. Maksudnya orang tua berdo'a untuk kesusesan anak. Di samping segala sesuatu diawali dan diakhiri dengan do'a.Siapapun yang ingin memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sejak dini ia tidak boleh melewatkan masa emas belajar anaknya.


Masa emas belajar itu adalah saat bayi di kandungan, dan ketika bayi berusia nol sampai 4 tahun. Singkatnya, pendidikan empat tahun pertama sangat menentukan. Pendidikan anak usia dini (0-6 tahn) lebih penting dibanding pendidikan dua puluh tahun yang diberikan kemudian. Sayang sekali, banyak yang mengabaikan pentingnya pendidikan usia dini.


Sudah saatnya semua ibu bapak memperhatikan nasihat Buckminster Fuller berikut ini. "Setiap anak terlahir jenius, tetapi kita memupuk kejeniusan mereka dalam enam bulan pertama." Tugas seorang bayi bukanlah sekadar mami tipis (makan, minum, tidur, dan pipis/ngompol). Ajaklah anak Anda bermain. Janganlah biarkan ia kesepian, nganggur, dan bengong. Ajaklah ia belajar membaca sambil mengenal Tuhannya. Ikutilah metode penddiikan turunnya Al-Qur'an wahyu pertama. Ajarilah anak Anda membaca Al-Qur'an sejak dalam kandungan.



Oleh: Drs. Mustofa AY

From: Rumah Ilmu Indonesia

Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Anak Sejak Dini


Anak-anak dilahirkan dengan kecerdasan spiritual yang tinggi, tetapi perlakuan orangtua dan lingkungan yang menyebabkan mereka kehilangan potensi spiritual tersebut. Padahal pengembangan kecerdasan spiritual sejak dini akan memberi dasar bagi terbentuknya kecerdasan intelektual dan emosional pada usia selanjutnya.

Krisis akhlak yang menimpa Indonesia berawal dari lemahnya penanaman nilai terhadap anak pada usia dini. Pembentukan akhlak terkait erat dengan kecerdasan emosi, sementara itu kecerdasan itu tidak akan berarti tanpa ditopang oleh kecerdasan spiritual. Prasekolah atau usia balita adalah awal yang paling tepat untuk menanamkan nilai-nilai kepada anak. Namun, yang terjadi sebaliknya. Anak lebih banyak dipaksa untuk mengekplorasi bentuk kecerdasan yang lain, khususnya kecerdasan intelektual, sehingga anak sejak awal sudah ditekankan untuk selalu bersaing untuk menjadi yang terbaik, sehingga menyebakan tercerabutnya kepekaan anak.

Sementara itu lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat kurang memberikan dukungan terhadap penumbuhan kecerdasan spiritual pada anak. Di lingkungan keluarga anak lebih banyak berinteraksi dengan sesuatu yang justru menyebabkan semakin jauhnya kepekaan anak, bahkan yang lebih parah lagi apabila proses dehumanisasi itu terjadi justru di tengah lingkungan keluarga. Keluarga sebagai tempat pendidikan yang utama malahan kering dari aspek pedagogis.

Kecerdasan Spiritual yang sebelumnya dikenalkan oleh Donah Zohar dan Ian Marshal pada awal tahun 2000 sebenarnya kecerdasan spiritual sudah dikenal sejak peradaban Islam ada di muka bumi ini.

Menurut Dr Seto Mulyadi, M.Si, kecerdasan spiritual adalah bagaimana manusia dapat berhubungan dengan Sang Pencipta (Ummi, edisi 4 2002). Dengan kata lain kecerdasan spiritual adalah kemampuan menusia untuk mengenali potensi fitrah dalam dirinya serta kemampuan seseorang mengenali tuhannya yang telah menciptakannya, sehingga di manapun berada merasa dalam pengawasan Tuhannya.

Saat ini, kita kesulitan mencari sosok manusia seperti yang pernah ditemui Umar Bin Khattab dimasa pemerintahannya. Ketika itu Umar meminta kepada seorang anak untuk menjual seekor kambing kepada Umar. Tetapi apa yang terjadi, walaupun sang pemilik kambing itu tidak mengetahui, pemuda tadi berkeberatan untuk menjual salah satu kambingnya. Dan yang menarik adalah dialaog antara Umar dengan pemuda tersebut ketika Umar terus mendesak bahwa sang majikan tidak melihatnya. Apa kata sang remaja? Dimana Allah? Sebuah jawaban yang menggetarkan hati Umar. Remaja seperti ini sangat sulit kita temukan dimasa kini.

Sosok remaja dimasa Umar bukanlah sosok yang hadir begitu saja ditengah kita, tetapi memerlukan proses pembentukan. Dan usia dinilah usia emas untuk pembentukan akhlak tersebut. Orangtua dan lembaga pendidikan adalah tempat yang dapat menciptakan terciptanya anak yang memiliki kecerdasan spiritual tinggi yang akan memberi dasar bagi terciptanya generasi yang memiliki akhlak yang mulia.

Dr Arief Rachman menggambarkan bahwa kecerdasan spiritual adalah pertama, kecerdasan yang meyakini Tuhan sebagai Penguasa, Penentu, Pelindung, Pemaaf dan kita percaya atas Kehadiran-Nya. Selain itu harus ada pula kemampuan untuk bekerja keras, kemampuan untuk mencari ridho Allah, kemampuan untuk melakukan ibadah secara disiplin, kesabaran, tahan dengan ujian dan kemampuan untuk menerima segala keputusan yang telah ditetapkan Allah.

Cerdas tidaknya anak pada sisi spiritual tergantung orangtua dan keluarga sebagai tempat belajar pertama, sekolah dan lingkungan sebagai tempat belajar kedua. Apabila lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah kurang memperhatikan aspek spiritual maka dengan sendirinya sulit kita temukan anak yang memiliki kecerdasan spirtual.

Tingkatan spiritual pada diri seseorang dapat berbeda-beda tergantung bagaimana pendekatan yang digunakan kepada anak. Pertama tingkatan spiritual yang hidup. Untuk mendapatkan tingkatan kecerdasan spiritual ini anak harus diajarkan mengenal Tuhannya, mengenal penciptanya melalui ciptaan-Nya. Hal-hal yang membuat anak terpesona kita bingkai dengan koridor mengenal Allah sebagai pencipta. Apabila anak sejak dini dikenalkan kepada Sang Penciptannya, maka secara perlahan kematangan spiritual akan tertanam pada diri anak.

Kedua, tingkatan spiritual yang sehat. Untuk mendapatakan tingkatan kecerdasan spiritual ini orangtua harus mengajarkan anak untuk melakukan komunikasi yang baik dengan pencipta, yaitu dengan melatih mengerjakan ibadah-ibadah wajib sejak usia dini, membiasakan diri untuk selalu mengingat nama-Nya dalam setiap kejadian yang ditemuinya. Misalnya kebiasaan mengucapkan bismillah ketiak akan beraktifitas, mengucapkan Insya Allah ketika sedang berjanji dengan orang lain.

Ketiga, tingkatan bahagia secara spiritual. Untuk mendapatkan ini anak sejak dini dilatih untuk mengerjakan ibadah-ibadah sunnah sebagai tambahan, merutinkan membaca Al Qur’an, sholat malam dan lain sebagainya. Keempat, damai secara spiritual, bentuk kecerdasan tingkatan ini dapat dilatih dengan mengajarkan kepada anak bahwa bentuk kecintaan yang ada di dunia ini tidak melebihi terhadap bentuk kecintaannya terhadap Allah sebagai Penciptannya. Kelima, arif secara spiritual. Pada tingkatan ini seseorang akan membingkai segala aktivitasnya adalah sebagai bagian dari ibadah kepada Allah, sehingga segalanya memiliki makna.

Berdasarkan penelitian, anak yang memiliki kecerdasan spiritualnya tinggi rasa ingin tahunya semakin besar, sehingga memiliki dorongan untuk selalu belajar serta memiliki kreativitas yang tinggi pula.

Kecerdasan spiritual dapat ditumbuhkan pada anak dengan cara membersihkan hatinya lebih dahulu. Dengan hati yang bersih maka aktivitas yang lainnya akan menjadi lebih mudah. Sementara itu untuk mengotimalkan kecerdasan spiritual pada anak dapat dilakukan dengan cara: pertama, memberikan bantuan kepada anak untuk merumuskan tujuan hidupnya, baik tujuan hidup jangka pendek maupun tujuan hidup jangka panjang. Kedua, sesering mungkin orangtua menceritakan kisah-kisah yang agung, kisah yang menarik dan mengesankan, seperti kisah para Rasul, atau pahlawan lainnya.

Ketiga, mendiskusikan segala persoalan dengan perespektif ruhaniyah. Keempat, sering melibatkan anak dalam ritual kegaamaan, seperti dilatih sejak kecil untuk sholat berjamaah bagi anak laki- laki, selalu membaca doa dan yang terpenting adalah pemaknaan dari kegiatan tersebut. Kelima, membawa anak kepada orang yang menderita, kematian. Mengunjungi orang yang menderita akan membuat anak peka terhadap sesama sehingga mendorong anak untuk berbuat baik terhadap orang lain.

Orang-orang yang mempunyai kecerdasan spiritual tinggi akan meninggalkan bekas di hati orang lain, sebab orang yang memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi akan menjaga amanah yang diberikan kepadanya. Orang yang cerdas secara spiritual tidak akan melakukan korupsi, penggelapan uang rakyat dan sebagainya, sebab dimanapun dia berada, orang yang cerdas secara spiritual akan merasa selalu diawasi sang pencipta, Allah SWT. Lalu yang menjadi pertanyaan apabila sebuah negeri tingkat korupsinya tinggi bagaimana tingkat kecerdasan spiritual pengelolanya? (Banjarmasin Post)


Oleh: Mardiyono, Staf Pengembangan SDM Yayasan Al Futuwwah Barabai

Senin, 25 Mei 2009

Badko TPQ Grogol adakan seleksi FASI III


Badan Koordinasi Taman Pendidikan Al Qur’an (Badko TPQ) kecamatan Grogol kabupaten Sukoharjo mengadakan acara seleksi peserta Festival Anak Sholeh Indonesia (FASI) III Tingkat Kecamatan Grogol, Ahad (10/05/2009) lalu. Kegiatan yang diadakan di Masjid At Taqwa Babadan, Madegondo, Grogol tersebut menghadirkan perwakilan peserta dari TPA/TPQ se-Kecamatan Grogol.

Adapun beberapa kriteria lomba yang dilombakan pada kesempatan tersebut, antara lain:

1. Untuk peserta TKQ (usia kurang dari 6 tahun)
Lomba-lomba: Tartil, Adzan dan Iqomah, Cerdas Cermat Qur’ani (CCQ), Mewarnai Gambar dan Pidato Bahasa Indonesia.

2. Untuk peserta TPQ (usia antara 6 tahun s/d kurang dari 11 tahun)
Lomba-lomba: Tartil, Adzan dan Iqomah, Cerdas Cermat Qur’ani (CCQ), Menggambar dan Pidato Bahasa Indonesia.

3. Untuk peserta TQA (usia antara 11 tahun s/d kurang dari 13 tahun)
Lomba-lomba: Tilawah, Hafalan/Hafidz Juz ’Amma, Tarjamah/Ladzfiyah, Kaligrafi, Pidato Bahasa Arab, Pidato Bahasa Inggris dan Pidato Bahasa Indonesia.

Untuk para pemenang dari masing-masing kriteria lomba rencananya akan diadakan pembinaan secara rutin oleh Badko TPQ bekerjasama dengan Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan Grogol yang rencananya sekitar bulan November akan diikutkan untuk seleksi di Tingkat Kabupaten. (Ayya)

Pengin cari artikel lainnya...?!?