"Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Belajarlah sampai akhir hayat."

Rabu, 30 September 2009

Kiprah Ilmuwan Muslim di Gedung Putih


Republika Newsroom. Peran umat Islam di Gedung Putih tampaknya semakin diakui. Setelah mengangkat Dalia Mugahed, tokoh Muslimah Amerika Serikat (AS), sebagai penasihat bidang Timur Tengah dan dunia Muslim, Presiden Barack Obama juga mengangkat Ahmed Zewail, seorang ilmuwan Muslim terkemuka sebagai anggota Dewan Penasihat Sains dan Teknologi Kepresidenan (PCAST).

Zewail merupakan seorang ilmuwan Muslim besar di era modern. Betapa tidak, Zewail merupakan tokoh Muslim yang menyandang dua gelar guru besar sekaligus, yakni profesor ilmu kimia dan fisika pada California Institute of Technology atau Caltech, sebuah universitas riset terkemuka di dunia yang berada di Pasadena, California, AS.

Ilmuwan Muslim, yang sempat dianugerahi penghargaan bergengsi Nobel pada 1999 itu, diangkat sebagai anggota Dewan Penasihat Sains dan Kepresidenan pada April 2009 lalu. Dalam sambutannya pada perhelatan National Academy of Sciences di Washington DC, Presiden Obama mengumumkan pengangkatan Zewail sebagai satu dari 20 ahli yang diangkat sebagai anggota PCAST.

Ke-20 pembisik Obama di bidang energi, pendidikan, kesehatan, perubahan iklim, lingkungan, keamanan, dan ekonomi itu berasal dari kalangan ahli dan komunitas akademisi. Masuknya Zewail sebagai salah satu dari 20 ilmuwan dan pakar terkemuka di negeri Paman Sam itu tentu menjadi sebuah kebanggaan bagi umat Islam di Amerika dan dunia Muslim pada umumnya.

Kiprah umat Islam ternyata masih diakui seorang pemimpin negara adidaya. Zewail dan anggota PCAST lainnya diharapkan Obama mampu mendukung agenda utama Presiden Obama untuk menghidupkan kembali roda perekonomian AS. Selain itu, para penasihat juga bisa membangun sebuah landasan yang baru dan inovatif bagi Amerika di abad ke-21.

"Saya sangat senang terpilih menjadi seorang penasihat untuk membantu Presiden Obama, dalam mewujudkan gagasannya bagi Amerika di abad ke-21 serta membantu mengatasi isu-isu global yang signifikan," tutur Zewail seperti dikutip situs caltech.edu.

Terpilihnya Zewail sebagai anggota PCAST mendapat dukungan dari Presiden Caltech, Jean-Lou Chameau. "Ahmed adalah pilihan yang fantastis bagi PCAST. Dia bukan hanya seorang saintis yang terkemuka, namun juga seorang pemimpin intelektual dengan pemikiran yang luar biasa dalam mengatasi isu-isu yang dihadapi masyarakat," ungkap Jean-Lou Chameau.

Zewail memang seorang ilmuwan Muslim yang sangat diakui dunia. Selain, sempat dianugerahi hadiah Nobel berkat jasanya mengembangkan femtosains, ia juga telah menerima sederet penghargaan bergengsi lainnya. Direktur Pusat Biologi Fisika untuk Ultrafast Science and Technology pada Caltech itu juga sempat dianugerahi Albert Einstein World Award of Science, the Benjamin Franklin Medal, the Robert A Welch Award, the Leonardo da Vinci Award, the Wolf Prize, hingga the King Faisal Prize.

Zewail terlahir pada 26 Februari 1946 di Damanhur--sebuah wilayah yang terletak 60 km dari Kota Alexandria, Mesir. Ayahnya seorang pegawai negeri sipil, sedangkan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Sejak remaja, Zewail sangat mencintai ilmu kimia. Bahkan, dia sering menghabiskan waktu berhari-hari untuk melakukan berbagai penelitian kimia kecil-kecilan.

Pada 1967, Zewail lulus dari Fakultas Sains Universitas Alexandria sebagai seorang sarjana kimia, dengan meraih predikat cumlaude. Ia lalu hijrah ke Amerika dan menimba ilmu di Universitas Pensylvania, Philadelphia pada 1969. Sejak meraih gelar doktor, popularitasnya di kalangan ilmuwan dunia kian mengilap.

"Saat tiba di Amerika, saya merasa terlempar ke dalam sebuah samudera. Lautan yang penuh dengan pengetahuan, kebudayaan, dan peluang dan pilihan. Di sini, saya harus belajar untuk berenang atau tenggelam," ujar Zewail dalam buku bertajuk Voyage Through Time: Walks of Life to the Nobel Prize.

Zewail bersama ilmuwan terkemuka Amerika lainnya, seperti John Holdren, Rosina Bierbaum, Christine Cassel, Christopher Chyba, S James Gates Jr, Shirley Ann Jackson, Eric Lander, Richard Levin, Chad Mirkin, Mario Molina, Ernest J Moniz, dan yang lainnya akan menjadi arsitek kemajuan AS di abad ke-21. (heri ruslan/taq)


Sumber: www.republika.co.id

0 komentar:

Pengin cari artikel lainnya...?!?