"Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Belajarlah sampai akhir hayat."

Minggu, 22 Mei 2011

Proses Terbentuknya Karakter Anak

Proses Pembentukan Karakter

Tindakan dan perilaku anak Anda saat ini bukanlah sesuatu yang tiba-tiba terbentuk atau ’given’ dari Yang Maha Kuasa. Ada sebuah proses yang cukup panjang sebelumnya yang kemudia sikap dan perilaku itu lekat pada dirinya. Bahkan, sedikit banyak karakter anak sudah mulai terbentuk sejak dia masih berujud janin dalam kandungan.

Saat anak dalam kandungan, sedikit demi sedikit sikap dasar itu mulai terbentuk. Seperti yang kita yakini, bahwa anak dalam kandungan, begitu Allah meniupkan ruh kepadanya, sudah mampu bereaksi terhadap segenap respon yang berasal dari internal mapun eksternal. Dari internal maksudnya, bayi dalam kandungan sangat beraksi terhadap emosi yang dialami oleh ibunya saat itu. Emosi apapun yang dialami oleh ibunya, maka janin pada waktu itu bereaksi dan belajar. Entah emosi itu positif maupun negatif, maka sedikit banyak akan berpengaruh terhadap sifat bayi dikemudian hari.

Misalnya saja, ketika waktu mengandung ibunya emosinya tidak stabil, tertekan, dan sering gelisah, maka kemungkinan besar anaknya nanti juga menjadi anak yang tidak tenang, rewel dan susah dikendalikan emosinya. Sebaliknya, jika sewktu mengandung emosi ib stabil, nyaman dan bahagia, maka bayinya nanti cenderung menjadi anak yang ceria dan mudah dikendalikan.

Bayi dalam kandungan juga mulai merespon stimukus dari luar. Dia sudah mulai belajar merekam segala hal khususnya suara-suara dari luar. Makanya kita tidak heran, jika ibnya berada ditempat yang sangat gaduh atau brisisk, janin pasti bereaksi dengan menggelinjang-gelinjang atau reaksi lainnya. Demikian juga ketika ada suara yang menyenangkan, seperti musik syahdu, ayat-ayat al Qur’an, di ajak bicara, bayi pun juga bereaksi.
Saat bayi lahir, kemudian mulai tumbuh dan berkembang, mereka belajar dari lingkngan terdekatnya. Dan lingkngan yang paling dekat denganya adalah ayah dan ibunya. Dengan demikian, bayi menyerap banyak hal dari kedua orang tuanya. Entah baik atrau jelek, bayi merekam dengan sangat baik, dan inilah yang menjadi dasardari perilakunya kelak kemudian hari.

Bayi kemudian tumbuh menjadi anak-anak, pada saat itu, mereka belum menegenal baik dan buruk, benar dan salah, boleh atau tidak. Dia melakukan segala sesuatu berdasarkan contoh yag berhasil dia dapatkan. Anak-anak adalah para peniru yang sangat profesional. Dari sinilah sifat, sikap, dan perilaku itu mulai terbentuk. Setiap hari dia perkuat terus, sehingga terbentuk perilaku yang saat ini ada pada anak Anda.

Saat itulah konsep diri anak terbentuk. Ingat, konsep diri terbentk melali sebuah proses, bukan faktor keturnan atau bawaan. Bayi Anda ketika lahir tanpa membawa suatu konsep diri. Konsep diri terbentuk sejalan dengan pertmbuhan dan perkemabngannya mellai interaksi dengfan orang tua, keluarga, dan lingkungan disekitarnya. Saat anak kita mulai masuk sekolah, interaksi dengan kawan sekolah, guru, dan lingkungan sekolah turut berperan dalam pembentukan konsep diri.

Sebarapa kuat konsep diri pada diri anak sangat dipengaruhi oleh :

1.  Siapa
Orang yang dipandang memilki otoritas akan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kuat tidaknya konsep diri anak. Sipakah orang yang mempunyai otoritas menurut anak? Pertama, orang tua dan setelah itu guru. Jadi, apapun yang anak lihat dari orang tuanya atau gurunya, itu akan menjadi konsep dirinya.
So, hati-hatilah bersikap dan bertutur kata dihadapannya, juga tunjkkanlah tingkah laku positif Anda, maka anak Anda akan memiliki konsep diri yang positif.

2.  Kekuatan emosi
Seberapa kuat emosi yang timbul pada saat anak bereonteraksi atau berkomunikasi dengan Anda akan sangat berpengarh terhadap kuat tidaknya pembentkan konsep diri. Saat anak sedang sedih dan malu, lalu kita memberikan kaki pendukung meja konsep diri, misalnya dengan mengatakan, ”Wah, dasar anak bodoh kamu, nggak seperti kakakmu!” maka kaki ini akan sangat kuat. Sebaliknya, saat anak Anda diliputi rasa bahagia yang mendalam, dan anda mengatakan, ”Wah kau anak hebat, terus lakukan!” maka anak Anda akan memilki keyakinan diri yang positif.

3.  Repetisi
Seberapa sering kejadian yang serupa menimpa anak Anda, maka itu berpengarh terhadap kuat tidaknya konsep diri. Semikin sering terjadi pengulangan, maka kaki semakin kokoh.

Sumber: Facebook @ Didik Hermawan

0 komentar:

Pengin cari artikel lainnya...?!?