"Belajarlah terus, karena bisa saja ilmu yang kita miliki sudah kadaluarsa atau bahkan salah. Belajarlah sampai akhir hayat."

Minggu, 22 Agustus 2010

Ada yang Salah Jika Etos Kerja Malah Menurun Selama Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA. Pada kebanyakan orang, Bulan puasa Ramadhan dijadikan bulan untuk lemas, mengantuk dan tidak bergairah. Selain itu, bagi orang yang bekerja, terkadang ritual ibadah puasa menghalangi mereka untuk lebih meningkatkan gairah dan etos kerja.

Padahal sebaliknya, kata mubaligh ibu kota Ustadz Muchsinin Fauzi Lc, bulan Ramadhan justru sebagai momen yang sangat tepat untuk meningkatkan vitalitas dan etos kerja.

Muchsinin menjelaskan, betapa istimewanya bulan suci ini. Di dalam bulan Ramadhan, ada dua hal besar yang pernah terjadi sepanjang sejarah Islam. Pertama, menangnya umat Muslim dalam perang Badar. Kedua, peristiwa Fathu Makkah (Pembebasan Kota Makkah). "Hal-hal penting terjadi di bulan Ramadhan. Mereka mampu melakukan hal besar dalam kondisi berpuasa. Kita pun harusnya demikian. Jadikan Ramadhan sebagai big performance umat Islam," ujarnya, Kamis (19/8) dalam tausiyah dalam acara buka bersama awak Newsroom Republika dan Republika Online di Jakarta.

Big performance, menurut Muchsinin, adalah perwujudan umat Islam dalam bulan Ramadhan yang tercermin dengan semangat baru dan siap meningkatkan kualitas kerja. Karena, seperti tadi yang telah diurai, dalam bulan Ramadhan telah terjadi serangkaian peristiwa berat dan besar, namun dapat dicapai. "Jadikan peristiwa itu sebagai tonggak untuk memotivasi diri," ujarnya.

Menurutnya, ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang cenderung menurun kualitasnya pada bulan Ramadhan. Pertama, orang tersebut belum siap menghadapi Ramadhan. "Karena belum siap, ia pun tak terbiasa lapar, haus dan lain sebagainya," ujarnya. Kedua, visi seseorang tersebut tidak sesuai dengan Ramadhan. Oleh karenanya Ramadhanya lemah. "Ramadhan itu jalan menuju utara. Menuju Allah. Jika visinya berbeda, maka akan sulit jalani Ramadhan," ungkapnya.

Selain itu, lanjut Muchsinin, sepanjang hayatnya, manusia itu dibekali hawa nafsu itulah mengapa Allah perintahkan untuk berpuasa. "Agar nafsunya jinak," katanya. Orang yang bekerja pun demikian. Mereka dibekali hawa nafsu lengkap dengan pengujian kesabaran dan ketabahan. Mereka diuji apakah Ramadhan kualitas kerja mereka menurun padahal bulan selain Ramadhan etos kerja mereka baik.

Muchsinin pun menyarankan, setiap pekerjaan yang kita lakukan itu harus diniatkan karena Allah Swt dan diniatkan sebagai bentuk penghambaan diri padaNya. Tak peduli dengan gaji yang didapat dengan jam kerja yang panjang. Intinya, keprofesionalan terwujud karena kita bertanggung jawab kepada Allah. Bukan karena jabatan, apalagi materi yang didapat. Oleh sebabnya, muslim yang tangguh tak menjadikan gaji sebagai motivasinya. "Gaji bukan motivasi tapi kontrak kerja. Muslim yang ingin memiliki etos kerja yang bagus, motivasinya juga harus benar," tegasnya.

Lebih lanjut, ustadz lulusan Universitas Madinah ini juga memaparkan perihal sedekah. Orang yang paling bahagia ialah orang yang bekerja karena Allah, lalu bersifat dermawan. Sedekah yang sempurna baginya ialah sedekah orang yang senantiasa memberi baik dalam keadaan lapang dan sempit. Nabi Muhammad Saw pun demikian, saat bulan Ramadhan, tak pernah berhenti untuk memberi. "Sedekah Nabi seperti angin berhembus. Tidak pernah berhenti. Baik lapang maupun sempit. Itulah orang yang paling bahagia," katanya.


Sumber: Republika Newsroom

0 komentar:

Pengin cari artikel lainnya...?!?