Kapal Nabi Nuh bukanlah sebuah kapal biasa tanpa makna. Benda raksasa ini dibuat melalui perintah langsung dari Sang Penguasa semesta. Datang dari jaman yang masih dipenuhi misteri antara ada dan tiada.
Ya, bagi mereka yang percaya “karya penciptaan manusia” tentu meyakini sebagai kebenaran hakiki, tapi bagi “seorang Charles Darwin” dan banyak pengikutnya Keterlibatan Tuhan saat terciptanya kapal ini tidaklah pernah ada. Hanya sebuah ilusi yang diciptakan untuk menciptakan “keakuan diri” makhuk berakal budi.
Penemuan hebat kapal Nabi Nuh membuat kita harus banyak merubah pemikiran dangkal yang selama ini melingkupi hati. Yang sering merasa bahwa hanya saat inilah peradaban tertinggi yang pernah dicapai. Borobudur, Prambanan, Tembok Cina yang baru lewat beberapa hari saja sudah membuat manusia tak mampu lagi membayangkan apalagi berpikir, apalagi dihadapkan dengan kehidupan yang jauh … jauh … ribuan tahun yang telah lewat.
Penemuan kapal Nuh di ketinggian 4000meter di Puncak Gunung Ararat kembali menjadi sebuah bukti betapa sebenarnya manusia hanyalah seonggok daging ringkih yang tak pernah secara penuh mengerti akan penciptanya. Manusia tak pernah menyadari bahwa hidup hanyalah sekedar “mampir ngombe” (seperti layaknya orang minum segelas air), di mana hidup hanyalah waktu yang sangat singkat di bandingkan kelanggengan abadi ketika manusia diharuskan mempertanggungjawabkan hidupnya dihadapan Sang Pemberi Nyawa.
Keangkaramurkaan tak pernah terhenti tanpa azab yang datang menghakimi. Watak turunan yang membawa manusia lebih dalam jatuh ke jurang penghambaan kepada setan. Akankah penemuan ini akan memberi makna sekaligus mempertobatkan kita? Bangsa yang juga semakin tenggelam dalam keserakahan dan ketidakadilan?
Apa yang dihadirkan Yang Maha Kuasa di tengah kehidupan tidak pernah hanya sekedar tontonan. Sebuah “makna besar” selalu mengiringi apapun yang di hadirkanNya. Perahu Nabi Nuh tercipta (karena Sang Pencipta terlibat di sini) bukan dalam kondisi normal, tetapi ditengah pengkhianatan besar manusia terhadapNya. Akhirnya tumpukan dosa membangkitkan murka yang mendatangkan azab pemusnahan besar-besaran yang jauh melebihi tsunami. Saat ini tumpukan dosa dan pengkhianatan itu telah datang kembali. Tidak hanya di penjuru negeri, dunia ini sudah terlalu penuh kebohongan, kedengkian, ketidakadilan atau bahkan Sang Pencipta sendiri telah banyak disekutukan.
Ketinggian 4000 meter memungkinkan kita membayangkan betapa dahsyatnya kejadian saat itu bila dibandingkan dengan tsunami Aceh yang hanya berketinggian 15m - 20m tetapi mampu menghilangkan nyawa hingga berjumlah ratusan ribu. Ingat! Baru dengan ombak setinggi 20m!
Akhirnya semua kembali ke setiap pribadi untuk mecoba mengerti dan memahami misteri pertanda Illahi.
Sumber: tantytm.blogdetik.com
0 komentar:
Posting Komentar