Kapal Nabi Nuh bukanlah sebuah kapal biasa tanpa makna. Benda raksasa ini dibuat melalui perintah langsung dari Sang Penguasa semesta. Datang dari jaman yang masih dipenuhi misteri antara ada dan tiada.
Ya, bagi mereka yang percaya
“karya penciptaan manusia” tentu meyakini sebagai kebenaran hakiki, tapi bagi
“seorang Charles Darwin” dan banyak pengikutnya Keterlibatan Tuhan saat terciptanya kapal ini tidaklah pernah ada. Hanya sebuah ilusi yang diciptakan untuk menciptakan
“keakuan diri” makhuk berakal budi.
Penemuan hebat kapal Nabi Nuh membuat kita harus banyak merubah pemikiran dangkal yang selama ini melingkupi hati. Yang sering merasa bahwa hanya saat inilah peradaban tertinggi yang pernah dicapai. Borobudur, Prambanan, Tembok Cina yang baru lewat beberapa hari saja sudah membuat manusia tak mampu lagi membayangkan apalagi berpikir, apalagi dihadapkan dengan kehidupan yang jauh … jauh … ribuan tahun yang telah lewat.
Palembang (ANTARA). Sebanyak 42 kafilah Sumatera Selatan siap mengikuti Musabaqoh Tilawatil Qur`an Nasional di Bengkulu pada awal Juni 2010.
Kesiapan kafilah Sumsel itu karena mereka dalam waktu dekat ini akan melaksanakan pemusatan latihan selama dua minggu, kata Asisten III Bidang Kesejahteraan Rakyat Pemerintah Provinsi Sumsel, dr Aidit Aziz di Palembang, Minggu.
Lebih lanjut dia mengatakan, para peserta tersebut dalam pemusatan latihan akan dibina secara maksimal agar mereka bisa tampil perprestasi pada MTQN di Bengkulu nanti.
Bahkan, peserta yang pernah juara pada MTQN lalu juga akan dihadirkan dalam pembinaan tersebut, supaya dalam pelatihan itu dapat diketahui kelemahan para fakilah, ujar dia pula.
SOLO. Pengamat pendidikan Azyumardi Azra menilai pendidikan agama yang diterapkan di sekolah saat ini belum tepat. Pasalnya lebih mementingkan sisi kognitif dan mengesampingkan aspek afeksi, sehingga siswa lebih mementingkan nilai.
Selain itu, jumlah jam pelajaran yang diberikan di sekolah juga dipandang masih sangat sedikit dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
“Saat ini, jumlah jam pelajaran di sekolah sangat terbatas. Dan sistem pendidikan agama juga lebih menekankan masalah kognitif dari pada afeksinya. Ini terlihat pada tes agama yang berupa multiple choice, padahal seharusnya lebih tepat model isian,” kata Azyumardi, saat memberikan sosialisasi penolakan terorisme di Ponpes Al Muayyad, akhir pekan lalu.